[dropcap type=”default”]M[/dropcap]ENYUSURI danau Toba merupakan pengalaman tersendiri. Birunya laut dengan paduan perbukitan yang indah membuat perjalanan menaiki kapal semakin mengasyikan.
Apalagi dengan deretan rumah penduduk membuat perjalanan ini semakin mengasyikan.Butuh waktu 45 untuk menuju pulau Samosir.
“Kita berangkat dengan kecepatan pelan, agar dapat menikmati suasana danau Toba. Biasanya 30 menit sudah sampai,”jelas Lilik guide Famtrip Garuda.
Tak sampai 10 menit berlayar, kecepatan kapal berkurang dan membelok ke arah suatu bukit. Pengemudi kapal membawa penumpang ke tempat misterius yaitu batu gantung.
Lilik menunjukkan ke arah bukit, dimana batu gantung tersebut berada, namun bila dilihat secara sekilas tak ada perbedaan, namun ketika kapal mulai mendekat baru lah terlihat batu berwarna hitam yang mengantung mirip tubuh manusia.
“Menurut legenda batu gantung itu adalah seorang wanita yang bunuh diri karena hubungan dengan kekasihnya tak direstui oleh orangtuanya. Asal kata parapat juga berasal dari legenda tersebut,” jelasnya.
Puluhan peserta pun berlomba-lomba mengabadikan batu gantung, bahkan berpose di depannya.
Hanya sekitar 5 menit untuk mengambil foto, kapal pun berbelok arah menuju ke pulau samosir perjalanan menuju ke Pulau Samosir tak terasa akan tiba, namun di kejauhan terlihat ada yang berbeda.
Di perbukitan tertera tulisan besar. Rasa penasaran tersebut terbayarkan setelah kapal hampir tiba, terlihatlah tulisan raksasa yaitu Horas Samosir.
“Tulisan tersebut di buat oleh mahasiswa pencinta alam pada tahun 90 an dan menjadi ikon untuk pulau Samosir. Saat ini kita sudah sampai di pulau Samosir dan melanjutkan perjalanan menyusuri keindahan pulau Samosir,”tuturnya.
Setiba di dermaga pelabuhan Samosir, peserta Fam Trip Garuda disuguhkan pemandangan tugu selamat datang berbentuk lingkaran dengan relief yang menggambarkan suku-suku batak yang terdapat di Sumatera Utara.
Seperti Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Samosir, Batak Pakpak dan Batak Mandailing.
Para peserta Fam Trip Garuda tak mensia-siakan kesempatan tersebut untuk mengabadikan dengan kamera. Hampir 10 menit mereka berpose di setiap sudut tugu tersebut. Dengan ajakan sang guide, para peserta meluncur ke pasar souvenir.
“ Di pasar souvenir semuanya dapat ditawar, jadi saran saya cari saja yang termurah dan sesuai selera anda,”tutur Lilik, guide Fam Trip Garuda. Jarak pelabuhan ke pasar souvenir cukup dekat, hanya makan waktu 2 menit.
Setiba di pasar souvenir banyak penjual souvenir dan cenderamata yang mulai menawarkan dagangannya kepada pengunjung. Bermacam-macam souvenir yang ditawarkan mulai dari kaos bertuliskan I Love Toba, replika rumah adat Batak, kain ulos dan ukiran kayu bermotif Batak di jual di sini.
Peserta Fam Trip dengan semangat menyusuri pasar souvenir untuk mencari oleh-oleh. Begitu juga dengan para penjual souvenir dengan semangat 45 menawarkan dagangan.
“Ayo anak muda, mampir dulu di tempat saya, pasti saya kasih harga murah. Coba gantungan kunci kayu rumah batak ini saya jual murah, hanya Rp 2 ribu,”ungkap seorang penjual.
Seorang peserta Fam Trip mengatakan berbelanja di pasar souvenir Samosir, seperti belanja di Bali. Dimana penjualnya ramah-ramah dan mau menceritakan asal usul souvenir tersebut.
“Iya, mereka penjual yang baik, tak melulu hanya menawarkan dagangannya, tapi bercerita sehingga kami tertarik untuk membeli. Apalagi souvenirnya unik-unik,”ungkap Jurina.