[dropcap type=”default”]S[/dropcap]elama tiga hari aku memuaskan kerinduanku akan kota Perdagangan. Salah satunya adalah nongkrong di kedai kopi Sari Nande.
Kedai kopi ini sudah ada sejak aku kecil. Setiap liburan ke kota Perdagangan, bapak sering mengajak sarapan di kedai kopi ini.

Nah kali ini bapak ku membawa kedua cucunya untuk sarapan di sini.Menaiki dua becak motor kami menuju arah kota (sebutan orang Perdagangan)
Waktu masih menunjukkan pukul 07.00, kami bisa menikmati suasana.

Meskipun tempatnya terbilang kecil, namun kedai kopi ini jadi pilihan bagi warga Perdagangan. Pagi itu, belum banyak orang yang datang, jadi kami bebas memilih tempat.
Kesan otentik amat terasa di sini. Mulai dari tempat pembuatan kopi jadul seperti penggunaan katel tempat menyeduh dan peralatan lainnya.
Kami pun memilih minuman kesukaan masing-masing. Aku dan kedua keponakan sepakat untuk pesan teh susu, sedang bapak memesan kopi susu.

Di sini kami bisa melihat langsung bagimana pesanan kami dibuat. Dengan cekatan seorang wanita tua membuat pesanan kami.
Sembari menunggu kami memakan roti yang dihidangkan di meja. Kedai kopi ini menyediakan roti kelapa dan jenis roti lainnya yang masih hangat.
Sayangnya aku tak bisa lama-lama, karena kedua cucu kesayangan bapak ku ini ngga betah. Jadinya hanya dapat bersantai selama 30 menit.
Sebelum pulang aku membeli titipan sarapan lontong sayur untuk orang rumah. Lontong sayur Perdagangan beda dengan di Batam. Ini dia penampakannya.

Setelah itu kami pun tancap gas menuju ke rumah opung boru di Bandar Sawah yang jaraknya hampir satu kilo.
Lima menit perjalanan kami berhenti sebentar untuk mengambil foto rumah dimana aku di lahirkan. Yaitu rumah opungku di pihak bapak.
Kami tak sempat masuk ke dalam karena sudah ditunggu, Sekarang rumah ini ditempati saudara yang membuka warung kopi kecil kecilan. Aku hanya mengambil foto depan rumah.

Nah, malam harinya gantian aku dan istri menikmati kuliner kota Perdagangan. Kami mampir di RM Pestol, yang menyediakan masakan mie. Kami kesana berkat rekomendasi saudara.

Hampir 30 menit mencari lokasinya, akhirnya ketemu juga kedai ini. Tempatnya agak mojok berada dekat bekas bangunan SMA 1 Negeri Perdagangan.
Sampai disana, ternyata harus ngantri tempat duduk. Malam itu banyak yang makan di sana.
Meski agak lama dapat tempat duduk , semuanya terbayar berkat mie gorengnya yang benar benar enak. Ditambah jus mangga tambah pas.

Selama dua hari berturut-turut aku dan istri makan di sini. Kami akan selalu rindu untuk makan di sini (Rio Bara)